Kamis, 29 Desember 2011

Tulisan Bab 2 Jatuh ke dalam Narkoba karena keluarga tidak sehat

Peredaran dan penggunaan narkotika dan obat-obatan terlarang (narkoba) di Indonesia menunjukkan peningkatan yang cukup tajam. Tak hanya dewasa, bahkan anak-anak sekolah sudah menggunakan narkoba. Hasil temuan Badan Narkotika Nasional (BNN) pada tahun 2006 tercatat sebanyak 81.706 pelajar di lingkungan SD, SMP, SMA di Indonesia menggunakan narkoba. BNN mencatat adanya peningkatan yang signifikan pada jumlah pengguna narkoba dari pelajar SD di tahun 2006 yakni berjumlah 8.449 orang yang sebelumnya, pada tahun 2005 berjumlah 2.545 orang. Lonjakan yang paling tinggi terjadi pada pengguna narkoba di lingkungan SMP dan SMA yang mecapai 73.253 orang. Di tahun 2004, jumlah pengguna narkoba pada tingkat SMP dan SMA masing-masing sebanyak 9.206 orang dan meningkat tajam ditahun 2005 menjadi 19.489.

Penggunaan narkoba akan memberikan dampak sangat buruk bagi para pelakunya. National Istitute of Drug Abuse menyebutkan terdapat beberapa penyakit yang mungkin timbul akibat penggunaan narkoba, diantaranya HIV, hepatitis, infeksi, jantung, pembuluh darah, gangguan pernafasan, nyeri lambung, kelainan mental, kanker, kelumpuhan otot, gagal ginjal, penyakit neorologis, gangguan kehamilan dan permasalahan ainnya hingga menyebabkan kematian. Selain dampak yang telah disebutkan, penyalahgunaan narkoba juga memiliki dampak dalam kehidupan sosial serta timbulnya kerugian materi bagi pelakunya.

Sebuah studi menyebutkan bahwa setidaknya ada sepuluh faktor yang memicu penggunaan narkoba, yaitu: 1) rendahnya kontrol terhadap tekanan dan adanya keinginan untuk mencapai sensasi, 2) pengaruh keluarga, 3) difficult temprament, 4) perilaku bermasalah sejak dini, 5) kegagalan dalam bidang akademis dan rendahnya komitmen terhadap pendidikan, 6) penolakan dari teman sebaya, 7) berteman dengan pengguna narkoba, 8) pengasingan dan pemberontakan, 9) sikap positif terhadap penggunaan narkoba dan 10) keterlibatan terlalu dini pada pengguna narkoba (Olds dan Feldman dalam Armina, 2008). Semakin banyak faktor pemicu yang ada pada individu dan semakin dini individu mulai menggunakan narkoba, maka akan semakin besar kemungkunan individu tersebut menyalahgunakan narkoba.

Pengaruh keluarga memang sangat begitu besar mempengaruhi seseorang untuk terpicu menggunakan narkoba. Tentu saja pengarah keluarga disini merupakan pengaruh buruk. Hal ini semakin dikuatkan melalui hasil penelitian yang aku lakukan di salah satu pusat rehabilitasi narkoba di Semarang tahun lalu yang berusaha mengungkap optimisme masa depan para mantan pecandu narkoba yang sedang menjalani rehabilitasi.

Hasil wawancara dengan mereka membuahkan kesimpulan bahwa memang pengaruh keluarga yang tidak positif membawa dampak besar terhadap anak yang pada akhirnya jatuh ke jurang narkoba. Dari 5 subjek penelitian, 4 diantaranya memiliki masalah di dalam keluarga mereka, mulai dari rumah tangga yang kurang harmonis (ayah dan ibu sering bertengkar), fungsi keluarga yang tidak pada tempatnya (ayah atau ibu yang tidak berfungsi sesuai dengan perannya), sampai pada kurangnya perhatian keluarga kepada si anak yang menjadi pengguna narkoba (seperti ayah dan ibu yang sibuk bekerja dan tidak mempunyai waktu berkumpul dengan anknya).

Seperti kutipan hasil wawancara dengan subjek C berikut ini

Keadaan keluarga aku dalam posisi dari kecil yatim piatu. Jadi kurang perhatian, ya gitulah… kurang perhatian, kurang apa ya… kurang perhatian…

Ada. Om, tante, tapi kurang apa ya… Mereka juga kurang kasi perhatian juga ke aku karena saudarakan saudara jauh…”

Kutipan wawancara dengan subjek D

Aa… kurang harmonis apa ya… banyak adu debat argumen lah…

Sama ibu. Karena kalau ayahkan dari saya… apa ya… jarang ketemu. Ya relatif sibuk masing-masing.”

Kutipan sedikit wawancara di atas merupakan sebagain kecil dari komplesitas masalah keluarga yang menyebabkan seorang anak beralih menggunakan narkoba. Rapuhnya keluarga, seperti dalam masalah keluarga dalam kutipan wawancara di atas, membuat anak mencari perhatian tidak tidak ke dalam keluarga lagi, tetapi ke luar keluarga, seperti teman sekolah dan lingkungan. Perasaan tidak aman dan tidak perhatikan di dalam keluarga membuat mereka begitu gampang tergoda dan dipengaruhi lingkungan untuk menggunakan narkoba.

Keluarga memang menjadi faktor yang sangat penting dalam hal ini. Bagi mereka-mereka yang sedang menjalani rehabilitasi narkoba, peranan keluarga juga sangatlah besar, terkhusus ayah dan ibu. Dukungan dan cinta kasih orang tua yang menyatu bisa menjadi pendorong mental pencadu untuk sembuh dan tidak menggunakan narkoba lagi. Sikap terbuka dan tidak menghakimi bisa menjadi modal utam untuk mendekatkan orang tua dengan anak.

Aku yakin, tidak ada orang tua manapun yang ingin anaknya menderita dan tertimpa bencana. Penggunaan narkoba menbawa dampak yang sangat besar bagi penderitanya, bisa di bilang menghancurkan hampir seluruh sisi kehidupan penderitanya, tidak hanya ketika menggunakan narkoba saja, setelah sembuh total juga, para mantan pengguna narkoba ini masih harus berhadapan dengan tanggapan negatif masyarakat.

Jadi, langkah pertama berbuat baik, mulailah dari keluarga yang sehat…
Sumber:Kompasiana.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar